METROPOLITAN.ID | Cisarua, Perdagangan oleh-oleh di Puncak hampir 90 persen dikuasai produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) luar Bogor. Sisanya adalah produk Bogor yang kalah bersaing dengan produk buatan luar.
Hal itu diduga kurang
adanya pembinaan terhadap pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan. Faktor
lain yang memicu tidak berkembangnya usaha kecil adalah tidak adanya perhatian
pemerintahan dari tingkat desa hingga Kabupaten Bogor.
Menurut pedagang
grosiran yang memasok oleh-oleh ke lapak Puncak, Sunyoto, semua dagangan yang
ada di Puncak 70 persen berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sekitar 20
persen dari Cianjur dan sisanya berasal dari Bogor dan Sukabumi. ”Untuk produk
dari Bogor memang sangat kurang. Sekali pun ada, paling hanya sekitar tiga
persen saja,” ungkapnya kepada Metropolitan.
Menurut pelaku UMKM
pada pengolahan makanan, Sukma Edi, yang menjadi kendala adalah kurangnya bahan
baku. Sehingga, masyarakat enggan membuat olahan makanan meski bernilai
ekonomis. ”Biasanya produk makanan itu berbahan dasar hasil pertanian. Tetapi
sekarang untuk mendapat bahan baku itu sangat sulit, karena banyak lahan yang
beralih fungsi menjadi bangunan,” tuturnya.
Lebih lanjut dia
mengatakan, selain bahan baku yang jarang, perhatian pemerintahan desa juga
dirasa hampir tidak ada sama sekali. ”Untuk dana desa saja, petani dan pelaku
UMKM tidak pernah dilibatkan. Semuanya habis untuk pembangunan infrastruktur,”
sesalnya. (ash/b/suf/run)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif