PORTALCISARUA | Zona Internasional, New York. Dunia sekali lagi diguncang oleh penderitaan yang tak kunjung usai ketika Majelis Umum PBB mengadopsi sebuah resolusi yang menyerukan diakhirinya pendudukan ilegal Israel atas Palestina dalam kurun waktu 12 bulan ke depan. Resolusi ini, dengan dukungan luar biasa dari 124 negara, tidak hanya menjadi simbol harapan bagi rakyat Palestina, tetapi juga menjadi pengingat bagi dunia bahwa keadilan yang mereka dambakan terus terpinggirkan oleh kekuatan tirani yang tak berperikemanusiaan.
Sejak 1967, Israel dengan tangan besi merampas tanah-tanah suci Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur. Seolah hukum internasional hanyalah tinta di atas kertas, Israel tanpa ragu mencaplok Yerusalem pada tahun 1980, mengabaikan teriakan dunia yang menolak tindakan barbar ini. Setiap jengkal tanah yang dirampas, setiap pemukiman yang dibangun secara ilegal, bukan hanya menjadi bukti penindasan, tapi juga melahirkan luka yang dalam bagi jutaan warga Palestina yang hidup di bawah bayang-bayang penjajah.
Sebuah Resolusi yang Menghidupkan Asa
Di tengah gelapnya penjajahan ini, lahirlah sebuah resolusi yang memberi cahaya harapan bagi rakyat Palestina. Pada Rabu (18/9/2024), dunia dengan lantang bersuara melalui Majelis Umum PBB. Winston Peters, Menteri Luar Negeri Selandia Baru, salah satu negara pendukung resolusi, menegaskan, "Kami mendukung resolusi ini karena ini adalah bentuk keadilan bagi rakyat Palestina yang telah terlalu lama ditindas" (RNZ, 19/9/2024). Kata-kata Peters menjadi simbol dukungan kuat bahwa dunia belum sepenuhnya lupa pada luka mendalam Palestina.
Namun, resolusi ini tak luput dari tantangan. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Israel sendiri, memilih untuk menentang, berusaha membenarkan tindakan mereka yang telah menghancurkan kehidupan jutaan warga Palestina. Sebanyak 14 negara menolak resolusi ini, seolah menutup mata terhadap penderitaan dan kekejaman yang nyata. Bagaimana mungkin, ketika lebih dari 41.250 warga Palestina telah menjadi korban perang di Gaza, ada negara yang masih memilih untuk menentang upaya perdamaian ini? (Al Jazeera, 19/9/2024).
Palestina: Sebuah Kisah Penindasan yang Terus Diperjuangkan
Pendudukan Israel bukanlah sekadar persoalan politik internasional, melainkan kisah pilu tentang sebuah bangsa yang direnggut dari hak asasi dan martabatnya. Setiap hari, rakyat Palestina terbangun di bawah ancaman, kehilangan rumah, tanah, bahkan nyawa. Yerusalem, yang seharusnya menjadi kota damai, berubah menjadi medan pertempuran di mana keadilan tak lagi memiliki makna. Dunia tidak bisa terus bungkam ketika rakyat Palestina, yang hidup di bawah bayang-bayang tembok pemisah, harus terus merasakan penderitaan tak berujung.
Mahmoud Abbas, Presiden Otoritas Palestina, dengan penuh harap menyatakan bahwa resolusi ini adalah langkah awal menuju kebebasan sejati. “Rakyat Palestina telah lama menjadi korban kezaliman dan kekerasan yang brutal, dan resolusi ini memperbarui harapan kami akan kemerdekaan yang telah dirampas dari kami sejak lama. Dunia telah mendengar jeritan kami, dan kini kami berharap solusi yang nyata,” ujar Abbas dengan penuh emosi dalam pernyataannya kepada media internasional.
Membuka Mata Dunia
Namun, di balik suara mayoritas yang mendukung resolusi ini, masih ada negara yang memilih abstain. Sebanyak 43 negara, termasuk Jerman, Inggris, dan Korea Selatan, memilih untuk diam. Sebuah keheningan yang memilukan, karena dalam diam itulah penderitaan terus berlanjut. Bagaimana mungkin, ketika dunia sudah menyaksikan kehancuran di Gaza dan Tepi Barat, masih ada yang memilih untuk tidak berpihak pada keadilan?
Mahkamah Internasional (ICJ) sebelumnya telah dengan tegas menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah tindakan yang melanggar hukum internasional. Namun, meski begitu, Israel tetap bersikukuh mempertahankan kekuasaannya, membangun permukiman ilegal yang terus menambah luka di hati rakyat Palestina.
Tantangan Moral bagi Kemanusiaan
Resolusi PBB ini adalah ujian bagi kemanusiaan kita. Apakah kita akan terus membiarkan pendudukan ini berlanjut tanpa akhir? Apakah dunia akan memilih untuk diam ketika rakyat Palestina berjuang untuk hak-hak dasar mereka? Setiap hari yang berlalu di bawah pendudukan Israel adalah pengingat bahwa keadilan harus diperjuangkan, bukan hanya oleh mereka yang tertindas, tetapi oleh seluruh umat manusia.
Palestina bukan hanya sebuah tempat di peta dunia, melainkan simbol perlawanan terhadap penindasan, kezaliman, dan ketidakadilan. Setiap langkah menuju pembebasan mereka adalah langkah menuju dunia yang lebih adil dan manusiawi. Dan saat ini, dunia memiliki kesempatan untuk berada di sisi yang benar dalam sejarah. Palestina harus merdeka. (redpcsal)
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif