BOGORDAILY.NET | Puncak. Tidak bisa dimungkiri, kehidupan malam di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, tak lepas dari aktivitas prostitusi. Meski kini sudah tak ada lagi lokasi prostitusi, si ku
pu-kupu malam itu punya cara lain untuk memikat para hidung belang.
Seorang penunggu vila di Puncak Giling (nama samaran) menceritakan, ketika tidak ada tempat prostitusi, para PSK yang menyebar di kampung bersama masyarakat biasanya langsung dipanggil ke vila-vila. Itu pun status pekerjaannya sulit dideteksi warga lantaran mereka tinggal di kos-kosan.
Giling mengakui hanya segelintir orang yang tahu bagaimana bisnis esek-esek itu berlanjut, termasuk dirinya. ”Kalau mencari ya harus hati-hati dan sama orang yang jelas bagiannya. Tidak semua orang di sini tahu tempatnya,” ujarnya.
Pria asli Cisarua itu mengaku tahu teman-temannya yang juga ikut dalam bisnis tersebut. Menurut dia, awalnya teman-temannya itu kebingungan karena tak punya pekerjaan tetap. Hingga akhirnya mereka menjadi perantara antara pria hidung belang dengan para PSK demi menunjang ekonomi.
“Atau istilah slengeannya, anjelo (antar jemput PSK, red) kepada pria hidung belang. Sempat juga ada warga yang tidak setuju akan kehadiran PSK yang rata-rata dari luar Bogor. Meski begitu, si kupu-kupu malam ini sulit pergi dari Puncak.
”Kayaknya mereka memang niat jual diri. Walau sudah berbagai cara, kiai juga sudah ngasih tahu, ditahan, dipulangkan, balik lagi dia. Jika diusir dari desa ini, pindah ke desa itu, gitu,” tuturnya.
Maraknya hidung belang yang mencari vila beserta perempuan di Puncak, membuat bisnis esek-esek di wilayah itu laris manis. Ia akui selalu ada pengunjung yang tidak membawa pacar atau istri, di mana mereka memang berniat mencari perempuan untuk dikencani.
”Tarifnya bervariasi, dari Rp300.000 sampai Rp800.000 dalam sekali (satu jam). Para PSK itu rata-rata berumur 18 sampai 20 tahunan,” pungkasnya.
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif