PKL Oleh-oleh di Puncak Tuntut Keadilan


BOGORPOS.COM | Bogor. Pasca pembongkaran Lapak Pedagang Buah dan Oleh-Oleh di Puncak sekitar dua Minggu lalu, nasib mereka kini menjadi kian tidak menentu. Pasalnya, selain berdagang oleh-oleh yang sudah mereka lakoni sejak puluhan tahun lampau, mereka ini seluruhnya tidak memiliki pekerjaan lain sebagai sumber penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

Celakanya, hingga saat ini, belum ada kejelasan sedikitpun tentang nasib mereka. Pemerintah Kabupaten Bogor yang seharusnya mengayomi, memberi solusi, dan membimbing mereka sama sekali tidak hadir, lenyap bagai ditelan bumi.

Anto, salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) yang kurang beruntung karena “periuk nasi”-nya diporak-porandakan Satpol PP Kabupaten Bogor mengutarakan pendapatnya. Ia percaya, PKL oleh-oleh di Puncak merupakan kebutuhan para turis yang berwisata. “Puncak ini kan daerah wisata, wisatawan perlu oleh oleh yang khas. Untuk itulah kami hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dan jumlah kami (PKL Oleh-oleh) pun kan banyak,” ujarnya.

Sebagai informasi, Di sekitaran Cibeureum – Batulayang ada sekitar 40 pedagang Oleh-oleh. Mereka merupakan warga asli Cibeureum. Fakta lainnya, saat wacana pembongkaran mulai menyeruak, para pedagang mengambil tindakan kooperatif alias mengalah pada pemerintah dengan membongkar lapaknya sendiri. Harapan mereka, setelah itu pemerintah mengizinkan mereka membangun lapak yang lebih rapi. Namun faktanya adalah hingga hari ini pihak kecamatan Cisarua tidak mengijinkan mereka berjualan lagi. Bahkan saat salah satu pedagang mencoba membangun lagi dengan kayu, langsung dicokok aparat Pol PP Kecamatan.

Kini, yang ada di benak mereka dan sudah pasti di benak anak-anak dan isteri mereka adalah harapan agar bisa kembali berdagang. “Sebelum ada tempat relokasi, kami mohon pada pemerintah untuk mengijinkan kami berjualan untuk menyambung hidup,” papar Anto. Sebab menurutnya saat ini hanya itulah profesi yang dikuasainya. “Mau cari kerja kan susah mas, lagian kita tidak punya skill apa-apa, sementara dapur dan biaya hidup harus terus keluar setiap hari,” tutur Anto saat ditemui di lokasi bekas lapaknya, di Cibeureum – Batulayang, Cisarua, (6/9/2016).

Anto dan pedagang oleh-oleh lainnya mengaku siap direlokasi sepanjang lokasi yang baru memang strategis. “Kalau tempatnya nanti jauh dari keramaian ya sama saja mas,” tandasnya. (CJ)


Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama