Merdeka.com | Turis
Timur Tengah banyak berdatangan ke Puncak saat musim libur lebaran Idul Fitri.
Mereka mempunyai tujuan masing-masing berwisata di kawasan yang sangat populer
di Jawa Barat itu.
Dulu kawin kontrak
lazim dilakukan para turis Arab ini. Mereka menikahi wanita lokal dengan
sejumlah uang. Makin lama pernikahan, makin mahal uang yang harus dibayarkan
pada wanita itu.
Seorang tukang ojek
di sekitar kawasan Cisarua, Yaya membenarkan tradisi kawin kontrak yang
dilakukan turis Arab di wilayahnya. Namun, peristiwa itu saat ini sudah lebih
berkurang bahkan nyaris tidak ada.
"Kalau dulu iya
ada kawin kontrak. Sekarang mah sudah tidak ada. Ya mereka liburan saja,"
kata Yaya kepada merdeka.com, Kamis lalu.
Meski isu kawin
kontrak yang dilakukan turis Arab di kawasan Puncak mulai meredup, bukan
berarti tak ada lagi praktik mesum di sana.
Mereka tetap getol
mencari perempuan terutama para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk memuaskan
birahinya.
Menurut Yaya, turis
Arab itu banyak yang tinggal di daerah Ciburial dan Warung Kaleng, Cisarua.
Maka itu, banyak orang menyebut kawasan tersebut sebagai Kampung Arab.
"Mereka ramai di
sini memang, daerah ini disebut Kampung Arab," ungkapnya.
Yaya mengaku biasa
mencarikan wanita untuk turis Arab. Beberapa wanita diakuinya memang lebih
senang melayani turis Arab. Selain kepuasan, mereka juga membayar lebih mahal
daripada turis lokal.
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif