ANTARANEWS.COM | Bogor, Sejumlah warga di Kampung Kopo, Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, menyewakan rumah/kamar kontrakan kepada para imigran pencari
suaka dan pengungsi dari Afghanistan dengan harga mencapai Rp2 juta per bulan.
Seperti dituturkan
Fauziah (27), warga setempat, Selasa, yang menyewakan empat kamar kontrakan
dihuni 18 imigran itu, di antaranya sudah menetap selama hampir satu tahun.
"Mereka menyewa
di sini, sebulannya berkisar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta," kata Fauziah
saat ditemui, Selasa.
Menurut Fauziah,
biaya sewa tersebut sudah normal karena dilengkapi dengan fasilitas seperti
kasur, kipas angin, televisi, serta peralatan dapur dan kamar mandi.
Para imigran pencari
suaka dan pengungsi tersebut tinggal dan menetap di rumah kontrakan yang
dibayar oleh masing-masing secara berkelompok.
"Mereka dapat
uang kiriman, selain dari UNHCR juga dikirim oleh keluarga yang ada di
Afghanistan maupun yang sudah berada di Australia," kata Fauziah.
Selama menyewakan
rumah tinggal bagi para pengungsi dan pencari suaka asal Afghanistan, Fauziah
mengaku ada suka dan dukanya. Beberapa kali para imigran kesulitan keuangan
sehingga terlambat membayar uang sewa.
Selain itu, karena
para pengungsi dan pencari suaka tersebut tidak diperbolehkan bekerja dan
belajar, sehingga menghabiskan waktu di rumah dengan berbincang-bincang atau
bermain monopoli.
"Kadang mereka
suka ribut, ketawa-ketawa saat malam jadi sedikit mengganggu warga juga,"
kata Fauziah.
Meski terusik dengan
kebiasaan para pengungsi yang kerap bercengkeramah hingga mengeluarkan suara
keras dari rumah kontrakan, tetapi warga memaklumi, karena prihatin dengan
kondisi para imigran tersebut.
Menurut Fauziah, seluruh
penyewa di rumahnya mimiliki data lengkap. Agar tidak mengusik masyarakat ia
menerapkan aturan yang harus dipatuhi oleh para penyewa.
"Ada yang pro
dan kontra dengan keberadaan imigran ini. Selama ini kami tidak merasa
terganggu dengan hadirnya imigran tersebut karena mereka sudah taat aturan.
Terkadang, justru mereka yang di-bully (diganggu, red) oleh warga
sekitar," kata Fauziah.
Belum lama ini,
lanjut Fauziah, dua orang pemuda Afghanistan yang menyewa rumah kontrakannya
diserang oleh pemuda setempat. Mereka dipukuli dan dimintai uang oleh pemuda
kampung.
Muhammad Nasim (33)
mengalami luka memar di bagian paha, sedangkan Jawid Fulady (21) dipukul di
bagian belakang kepalanya.
"Kejadian
sekitar satu minggu lalu, saat itu kami keluar untuk menikmati udara, sekitar
jam 21.15 WIB kami pulang, tiba-tiba ada yang menodong dan memukul kami dari
belakang. Mereka meminta uang kami, lalu pergi," kata Jawed Fulady.
Sebelumnya Kantor
Imigrasi Wilayah II Bogor melakukan operasi gabungan dengan melibatkan Muspika
Cisarua mendata keberadaan para imigran gelap di kawasan tersebut. Dalam
operasi tersebut terjaring 13 imigran ilegal yang menetap di Puncak tanpa
dokumen resmi.
Sementara itu,
berdasarkan catatan Imigrasi terdapat sekitar 380 imigran pencari suaka dan
pengungsi yang masih menetap di kawasan Puncak. Mereka tersebar di Cisarua,
Megamendung, Cipayung dan Tugu Utara. Para imigran ini menunggu untuk diterima
di negara ketiga yakni Australia yang menjadi tujuan akhirnya.
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif