BOGORNEWS.COM | Program Rebo Nyunda atau mengenakan pakaian sunda dan
berbahasa sunda setiap hari Rabu rencananya akan di Launching oleh Pemerintah
Kota Bogor pada Rabu 5 Nopember 2014. “ Rencananya Launching akan
dilakukan bersamaan dengan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Kota Bogor di Cisarua
Bogor, “ ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogo
Shahlan Rasyidi Minggu (2/11/2014)
Shahlan menyebutkan, setelah di Launching nanti semua pejabat dan
Karyawan Pemerintah Kota Bogor diharuskan mengenakan pakaian sunda dan
berbahasa setiap hari Rabu. “ Kita juga
berharap kegiatan atau acara – acara pemkot yang diadakan pada hari Rabu
menggunakan bahasa sunda, “ kata dia.
Shahkan menjelaskan, program Rebo Nyunda dimaksudkan untuk mengajak
masyarakat akan pengtingnya memelihara dan mengangkat kembali kearifan lokal
yaitu sunda karena Kota Bogpr berada di wilayah tatar sunda.
Namun Shahlan mengingatkan, dalam Rebo Nyunda tidak hanya sekedar
menggunakan pakaian dan bahasa Sunda saja, tapi yang terpenting penyampaian
ajaran-ajaran dan nilai budaya didalamnya.
Lebih lanjut Shahlan mengatakan, program Rebo Nyunda digagas oleh
Budayawan dan Seniman Bogor. Program ini direspon postif oleh Pemerintah Kota
Bogor. “Untuk saat ini Pak Wali telah
membuat surat edaran kesetiap SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) terkait
Rebo Nyunda dan akan ditindak lanjuti dengan Perwali (Peraturan Walikota) pada
tahun depan, “ujarnya.
Berawal dari Totopong
Sementara itu Dadang HP salah satu Budayawan penggagas Rebo Nyunda
mengaku bangga karena Rebo Nyunda yang digagas para bidayawan dan seniman Bogor
telah direpon oleh Pemerintah Kota Bogor.
Dadang mengakui, terealisasinya
program Rebo Nyunda cukup panjang, sosialisasinya dimulai sejak tahun 2012
lalu. “Program ini diawali dengan memperkenalkan penggunaan Totopong (Ikat
Kepala) ciri khas orang sunda yang dikenakan saat memperingati Hari Jadi Bogor
(HJB), “ tuturnya.
Menurut Dadang, pertama kalinya Totopong diperkenalkan di SD Gunung
Gede. Penggunaan totopong makin direspon oleh masyarakat. Pada peringatan HJB
tahun 2012 Stasiun Kereta Api Bogor mencanangkan penggunaan totopong untuk para
masinis Kereta Api. Selanjutnya PKL di sekitar Kejaksaan Negeri Bogor
menggunakan Totopong setiap hari Kamis. Kemudian, Gereja Pasundan jemaatnya
menggunakan Totopong pada saat kebaktian. Penggunaan Totopong juga di Launching
di Rumah Makan AA Warung Jambu Bogor.
Selain itu, lanjut Dadang, penggunaan ikat kepala dengan kain batik
ini juga direspon oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, “Saya pernah diminta untuk memasangkan
Totopong dikepala Pa Gubernur Jabar dalam acara para Bikers di Lapangan Sempur
dan acara Ngubek Setu di Situ Gede, “ kata Dadang bangga telah dua kali
memegang kepala Gubernur Jabar.
Selain penggunaan Totopong, lanjut Dadang, pihaknya bersama para
Budayawan lainnya juga memperkenalkan penggunaan baju kampret atau baju Pangsi
yang juga menjadi ciri khas orang Sunda. ‘
“Jajaran SKPD yang pertama kali mengenakan baju kampret yaitu Bagian
Humas Sekretariat Daerah Kota Bogor pada peringatan HJB tahun 2012 lalu. Saya masih ingat saat itu Pa Asep Firdaus
Kabag Humas memberikan uang Rp500 ribu kepada saya untuk mencarikan baju
kampret yang akan dibagikan kepada para stafnya, “ tutur Dadang.(iso)
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif