BOGORnews | Fantastis. Perputaran uang di kawasan Puncak,
Cisarua selama long weekend ternyata menembus Rp 22 miliar per hari. Yang
menarik, sebesar Rp100 juta diantaranya dibelanjakan untuk kebutuhan sahwat
atau prostitusi kepada sekitar 150 Pekerja Seks Komersial (PSK).
Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak
mencatat, sekitar 120 ribu pelancong berwisata di Kecamatan Cisarua dan
Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, pada Kamis – Jumat (15-16/11) kemarin.
Data tersebut dihimpun dari sekitar 1.320 penginapan, 250 restoran, dan
sejumlah objek wisata.
“Jumlahnya pun bisa dihitung dengan rumus quick
count tourism. Yakni, 50 persen jumlah kendaraan masuk, hasilnya dikali empat
penumpang. Yang masuk kemarin (Kamis), jumlah mobil dan motor lebih dari 60
ribu unit, setengah dari itu dikali empat. Hasilnya, sekitar 120 ribu
wisatawan,¨ kata Ketua Umum Kompepar Puncak, M Teguh Mulyana kepada Radar
Bogor.
Teguh menjelaskan, para wisatawan membelanjakan
uangnya rata-rata Rp175 ribu per orang. Itu untuk menginap satu malam, makan
berat tiga kali, makan ringan atau jajan dua kali, dan menikmati objek wisata.
“Itu hasil coverage dengan memperhitungkan belanja terendah dan tertinggi.
Jadi, perputaran uang sebanyak 120 ribu wisatawan lokal sebesar Rp 21 miliar
selama 24 jam,” terangnya.
Jumlah tersebut, lanjut Teguh, belum termasuk
belanja turis mancanegara dari Timur Tengah. Minimal, koloni turis yang satu
ini menghabiskan uangnya Rp900 juta per hari. Itu dihitung dari total
pertukaran mata uang asing ke rupiah di sejumlah money changer di kawasan
Warung Kaleng, Puncak.
“Juga belum termasuk belanja sahwat sebesar Rp 100
juta per malam. Uang ratusan juta rupiah itu dibelanjakan dari mulai pukul
sepuluh malam hingga pukul tujuh pagi kepada sekitar 150 PSK,” tukasnya.
Tarif pelayanan seks untuk para "Adam
Kaukasoid" itu beragam. Dari mulai Rp 150 ribu sampai Rp 350 ribu.
“Sementara di masa libur kali ini, satu PSK bisa bila mendapat order dua sampai
tiga tamu per malam.”
Nah, bila "ditotal jenderal", perputaran
uang wisatawan lokal, turis mancanegara, dan wisata prostitusi di Puncak pada
long weekend ini bisa mencapai Rp 22 miliar. “Itu merupakan angka logis, karena
pendapat terbesar Kabupaten Bogor dari sektor wisata memang berasal dari
kawasan Puncak," jelasnya.
Menurut Teguh, belanja paling besar digunakan untuk
menyewa hunian selama sehari-semalam. Terdapat sekitar 1.200 villa sewaan, 70
hotel melati, dan 50 hotel berkelas dari bintang satu sampai bintang lima. Agar
lebih murah, kebutuhan hunian ditanggung lebih dari satu wisatawan, karena
sebagian besar tamu datang secara berkelompok atau keluarga.
“Sedikitnya sebanyak 28 komunitas pariwisata
kecipratan uang dari para pelancong. Bukan hanya pengusaha hotel dan restoran,
tukang ojeg, tukang kuda, tukang villa dan penawar jasa lainnya pun ikut
dilibatkan," ujarnya.
Ia menambahkan, Kompepar Puncak menaungi 28
komunitas wisata, dari instrument pokok, sampai instrument pendamping bisa
terorganisir secara terintegrasi. “Mereka memberikan informasi secara rutin dan
terus berkoordinasi, sehingga kue para pelancong terbagi rata,” ucapnya.
Pantauan Radar Bogor (Grup JPNN), kepadatan
wisatawan terkonsentrasi sejumlah objek wisata, seperti Telaga Warna, Riung
Gunung, Gunung Mas, Taman Safari Indonesia, dan Taman Wisata Matahari.
Sementara destinasi wisata kuliner, selain Cimory Resto, sejumlah rumah makan
masakan Sunda tampak padat dari siang hingga malam hari.
Di lain pihak,
Wakil Bupati Bogor, H Karyawan Faturrachman mengatakan, jumlah
perputaran uang di Puncak memang bisa dikalkulasikan. Terkait kisaran
perputaran uang di Puncak yang dimiliki kompepar, Karyawan tidak membenarkan
maupun menyalahkan. “Kami punya UPT dinas pendapatan daerah di kawasan Puncak,
mungkin mereka bisa menghitungnya,” tukasnya.
Masih
tingginya animo masyarakat untuk mengunjungi Puncak bakal menjadi rujukan
percepatan pembenahan di kawasan wisata ini. Karyawan menegaskan, tahun depan,
jajarannya akan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN terkait keberadaan PTPN
Gunungmas. Pemkab Bogor, menurut Karyawan, telah memiliki grand design untuk
mempercantik Puncak. Salah satunya, meratakan seluruh bangunan atau warung di
kiri jalan (arah Puncak-Cianjur) di sekitar areal Gunungmas.
“Itu agar pemandangan dari atas ke bawah atau
sebaliknya bisa terlihat lebih elok. Selain itu, kami juga akan meminta PTPN
untuk berkenan membuka jalur alternatif. Kasihan polisi disalahkan terus kalau
Puncak macet. Padahal, badan jalan dengan volume kendaraan memang sudah tak
sebanding,” tukasnya.
Terkait keberadaan kupu-kupu malam yang terus
memamahbiak di Puncak, Karyawan menegaskan, hal itu kembali pada niatan para
pelancong. Sembari terus menggalakan penertiban, Ketua DPC PDIP ini tak
menafikan keberadaan para jablay tersebut. “Ya dimana-mana, hiburan malam itu
ada. Sekarang balik lagi ke niatan para pengunjungnya,” paparnya.
Sumber : JPNN
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif