CISARUA
- MCK warga Cisarua masih memanfaatkan air kali Gede yang tercemar limbah sapi
dari sejumlah peternakan. Hal inii dikarenakan belum ada sumber air lainnya di
musim kemarau tahun ini.
Pencemaran
kali Gede Desa Citeko Kecamatan Cisarua yang sempat menghebohkan banyak
kalangan dan jajaran Pemkab Bogor, ternyata hingga musim kemarau tahun ini
upaya penyelesaian kasusnya semakin surut.
Pencemaran
yang dibiarkan selama empat tahun terakhir ini sudah berkali - kali diadukan
warga kepada aparat setempat. Bahkan, perwakilan warga juga sudah
mengungkapkannya kepada Bupati Bogor saat melakukan kegiatan Jum'at Keliling di
wilayah Kecamatan Cisarua tahun 2011 lalu.
Dari
penyisiran lokasi sepanjang sungai yang membelah wilayah kecamatan Cisarua dan
Megamendung masih ditemukan tumpukan sampah dan limbah mencemari Sungai.
Salahsatunya, Sungai yang mengaliri desa Citeko yang berwarna kecoklatan
lantaran tercemar limbah kotoran sapidari peternakan.
Hal
ini kembali dikeluhkan warga. "Kalau pemerintah menjalankan tugas dengan
baik dan tegas, tentu kesadaran masyarakat akan menjadi lebih baik," kata
Ketua Ikatan Pengemudi Ojek Citeko, Acil, kepada Berita Bogor, Sabtu
(25/8/2012).
Dia
mengatakan, sungai di Desa Cibeureum, Citeko, Kuta, Dan Mega Mendung sudah
sejak lama dicemari limbah kotoran sapi. Warga sudah berkali - kali mengadukan
kondisi sungai tersebut bencana limbah ini, tapi belum ada tindakan tegas atau
sanksi kepada pengusaha peternakan sapi yang telah mencemari hulu sungai.
Dirinya juga mempertanyakan proses perizinan bagi peternakan sapi di wilayah
Konservasi dan Wisata.
Dilokasi
berbeda, Ustad Encup warga Citeko menuding Pemkab Bogor tidak tegas menangani
permasalahan pencemaran sungai di desanya. "Bila pemerintah tidak tegas,
tentu hal itu akan menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledak. Saat rasa
percaya masyarakat terhadap pemerintah semakin menipis, tentu masyarakat akan
mengambil jalanya sendiri," tudingnya.
Menurut
dia, sejak turun temurun sungai yang mengaliri desa Citeko itu merupakan sumber
air yang dimanfaatkan sejumlah Masjid, Pondok Pesantren, dan warga untuk
keperluan sehari - hari. "Kita semua umat islam tentu tahu hukum – hukum
Islam, apalagi, kebersihan itu sebagian dari pada Iman. Tapi, kita lihat sungai
kita, satu - satunya sumber air itu tercemar tai sapi,” ungkapnya miris.
"Belum
ada tindakan tegas dari Pemkab Bogor dalam penyelesaian pencemaran sungai
disini. Belum lagi keberadaan beberapa hotel, vila, dan restoran yang andil
menyumbang sampah," keluh Ketua Komunitas Rumpun Hijau, Iwan, kepada
Berita Bogor. Permasalahan ini, lanjut dia, bukan persoalan baru di Cisarua
Puncak. Seharusnya para pengelola usaha di Puncak itu mengelola sampahnya
sendiri agar tidak mencemari lingkungan.
Secara
terpisah Pemerhati Lingkungan, Tedja Kusuma menyikapi miris saat ditanya kondisi lingkungan kawasan Puncak dewasa ini.
"Sungai semakin tidak sehat akibat sampah dan limbah yang tidak dikelola
secara baik. Bersama warga, kami berinisiatif membersihkan sekitar Hulu Sungai
Ciliwung agar menjadi inspirasi bagi semua kalangan untuk lebih cinta
lingkungan," ajaknya saat kegiatan Titik Nol Bersih Puncak-Ku, di Desa
Tugu Selatan, Sabtu (25/8/2012) pagi.
Musyawarah
Desa
Sebelumnya
sejumlah warga dan tokoh Desa Citeko telah menggelar musyawarah membahas
permasalahan pencemaran sungai Gede, yang berlangsung di pendopo Desa Citeko,
Sabtu (17/12/2011) malam. Pertemuan dihadiri Kapolsek, Danramil, Ketua MUI
Cisarua dan perwakilan Camat Kecamatan Cisarua.
Secara
tegas ulama Cisarua, KH. Ridwanulloh meminta kepada instansi terkait untuk
menutup segera seluruh kegiatan peternakan sapi yang mengotori sungai tersebut.
Sementara Ketua MUI Desa Citeko, H. Asep menambahkan, sungai Kali gede adalah
satu-satunya sungai yang mengalir ke Desa Citeko, dan masyarakat menggunakanya
untuk kehidupan sehari-hari, dari mulai mandi, cuci baju, irigasi bahkan untuk
wudhu di mushola-mushola.
Saat
itu Kepala Desa Citeko, H. Mamat Sukendar bersama jajaran muspika mengaku sudah
melakukan tindakan persuasif, mulai dari teguran, peringatan serta
langkah-langkah strategis lainnya guna menghentikan pencemaran sungai dari
limbah sapi yang bersumber dari peternakan sapi yang ada di Desa Cibeureum.
"Dari
hasil analisa Badan Lingkungan Hidup (BLH) bahwa pencemaran sudah pada ambang
berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Hasil laboratorium menyebutkan air
yang diambil di Desa Citeko dalam Radius 1 km dari lokasi pembuangan limbah
mengandung kadar amoniaknya masih sangat tinggi," terangnya dihadapan para
tokoh yang hadir saat itu.(als)
Sumber : beritabogor
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif