BOGOR EKSPRES - APAKAH Anda penggila wisata alam? Singgahlah di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, maka Anda akan menemukan sebuah objek wisata yang indah, sejuk, dan alami. Namanya Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna.
Berada di ketinggian 1.400 meter dari atas permukaan laut (dpl), Telaga Warna merupakan sebuah telaga/danau yang diapit sebuah bukit yang membatasi wilayah Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur. Luasnya lumayan, sekitar 1,5 hektar, dan dikepung hutan tropis berstatus hutan konservasi alias hutan lindung yang kaya akan pepohonan besar, semak belukar, dan hewan liar. Itu sebabnya nama lokasi ini TWA Telaga Warna.
Sejumlah wisatawan yang ditemui Bogor Ekspres di lokasi wisata ini umumnya mengatakan, mereka senang dapat berdarmawisata ke salah satu lokasi wisata unggulan di kawasan Puncak ini, karena selain berpemandangan indah, apa yang disuguhkan TWA Telaga Warna membuat mereka merasa disegarkan kembali setelah selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu dan berbulan-bulan, disibukkan oleh rutinitas pekerjaan yang tiada henti.
“Saya pasti akan ke sini lagi,” tegas Hendra, wisatawan asal Jakarta.
Karena berada dalam lingkungan hutan konservasi, apa yang ada di TWA Telaga Warna terjaga dengan baik, termasuk pertumbuhan tanaman dan perkembangbiakan hewan-hewan liarnya. Maka, jika Anda beruntung, ketika Anda berwisata ke lokasi ini Anda akan melihat monyet surili (presbytis aygula), monyet ekor panjang/kera abu-abu (macaca fascicularis) atau lutung (prebytis cristata) yang bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain. Atau Anda akan melihat macan tutul (panthera tigris) dan babi hutan (sus serova) sedang menyelinap dari satu semak belukar ke semak belukar yang lain, atau justru melihat Elang Jawa yang sedang terbang membelah langit.
Total luas kawasan TWA Telaga Warna mencapai 6,5 hektar, terdiri dari 5 hektar hutan konservasi dan 1,5 hektar luas danau. Lokasi wisata ini di bawah naungan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bandung. Sebelum ditetapkan sebagai TWA, pada 1927 oleh pemerintah kawasan ini terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan hutan Cagar Alam Gunung Mega Mendung dan Ciawi. Kemudian, pada 1954, ditetapkan lagi menjadi Cagar Alam Telaga Warna. Penetapan lokasi ini sebagai TWA bermula ketika pada 1981 kawasan Cagar Alam Telaga Warna statusnya diubah menjadi kawasan wisata alam (KWA) dan kemudian menjadi TWA.
Namun demikian, jangan kecewa. Meski lokasi wisata ini bernama TWA Telaga Warna, namun air telaganya sama sekali tidak berwarna alias sama dengan air pada umumnya; bening dan jernih. Lalu mengapa dinamakan Telaga Warna? Dikdik Suparman, petugas BKSDA Bandung, punya jawabannya.
Kata dia, Telaga Warna dikelilingi bukit yang ditumbuni beragam tanaman dan pepohonan dengan batang, daun, dan bunga berwarna-warni. Karena berada di tepi telaga, tanaman dan pepohonan itu memantul di permukaan air telaga, sehingga air itu terlihat seperti berwarna sesuai warna pepohonan dan tanaman yang memantul.
“Nah, pantulan itu kadang salah ditafsirkan pengunjung, karena mereka mengira warna pepohonan dan tanaman itu merupakan warna air telaga. Makanya telaga ini menjadi dikenal dengan nama Telaga Warna,” jelasnya. Jika Anda ingin menikmati keindahan telaga ini, naiklah perahu rakit atau karet yang disediakan untuk mengelilinginya. Setiap satu perahu dapat menampung 5-7 orang.
Untuk dapat menjelajahi hutan konservasi, Anda dapat melakukannya dengan beragam cara, termasuk dengan menyusuri jogging track sepanjang hampir 1 km yang dibuat membelah hutan di sekeliling telaga. Bahkan jika Anda berani, Anda dapat melayang di atas telaga dengan permainan flying fox. Harga tiket masuk ke TWA Telaga Warna sangat murah, hanya Rp2.000/orang.
“Tapi hati-hati dengan bekal atau makanan Anda, karena monyet ekor panjang kerap turun dari hutan dan senang mengambil makanan yang dibawa pengunjung,” Nur Hidayat, salah seorang petugas TWA Telaga Warna, mengingatkan.
Ada pantangan yang tak boleh dilanggar oleh para pengunjung TWA Telaga Warna jika mereka ingin tetap aman dan nyaman saat berwisata. Apakah itu? “Jangan mengambil satwa, tanaman atau memancing ikan di danau demi menjaga kelestarian hutan kita” tegas Nur Hidayat.
Nah, Anda berminat untuk bertandang ke TWA Telaga Warna? Bogor Ekspres merekomendasikan, jika Anda ingin mendapatkan kesenangan maksimal saat berwisata ke lokasi ini, datanglah di pagi hari, karena selain suasana di TWA masih dingin, udaranya pun benar-benar fresh. Selain itu, ketika sinar Matahari pagi menyentuh permukaan air telaga, sinar itu menimbulkan efek berkerlap-kerlip, seperti kemerlap berlian atau mutiara di bawah terangnya cahaya. Indah sekali. Apalagi karena bersamaan dengan itu, burung-burung hutan bernyanyi bersahut-sahutan sambil bertengger di ranting pepohonan.
Untuk mendapatkan sensasi ini, jika rumah Anda sangat jauh dari TWA Telaga Warna, Anda dapat menginap dulu di hotel yang bertebaran di sepanjang jalur Puncak. Setelah itu, menjelang matahari terbit, segera bergegas ke TWA, dan nikmati lah pengalaman yang mungkin belum pernah Anda alami sebelumnya. Atau bisa juga Anda bermalam di TWA dengan cara tidur dalam tenda-tenda yang disediakan pengelola.
Beragam mitos
Seperti halnya kebanyakan lokasi di Indonesia, konon Telaga Warna juga memiliki kisah berbau mitos. Menurut cerita yang beredar di masyarakat sekitar Telaga Warna, di telaga itu terdapat sepasang ikan bernama Si Tihul dan Si Anting. Bagi siapa saja yang dapat melihat penampakan kedua ikan ini, maka semua cita-cita dan keinginannya akan terkabul.
“Tapi itu hanya mitos, tidak harus diyakini kebenarannya,” kilah Nur Hidayat.
Mitos yang lain adalah, siapapun yang mandi di Telaga Warna akan enteng jodoh, banyak rejeki, dan awet muda, asalkan setelah mandi, pakaian dalam ditinggalkan. Maka, jangan kaget jika Anda ke TWA Telaga Warna, Anda akan menemukan begitu banyak celana dalam dan BH bergelantungan di ranting pepohonan karena mitos ini dipercayai banyak orang, termasuk oleh orang-orang dari luar Bogor, sehingga banyak pengunjung TWA Telaga Warna yang datang bukan untuk menikmati keindahan panorama dan kesejukan udaranya, melainkan untuk menjalani ritual mandi di telaganya. Dan yang lebih celaka, monyet ekor panjang yang gemar “merebut” makanan pengunjung, juga tertarik pada pakaian dalam para pengunjung yang ditinggalkan setelah menjalani ritual mandi. Hanya saja, karena pakaian dalam-pakaian dalam itu tidak dapat dimakan, mereka membuangnya lagi, dan menyangkut di ranting pepohonan.
Terang Tedja Kusuma, pemerhati lingkungan hidup kawasan Puncak, menjelaskan, sebelum menjadi objek wisata, Telaga Warna merupakan salah satu telaga terkotor di Kabupaten Bogor karena telaga itu sarat ditumbuhi tanaman air yang tumbuh secara liar.
“Oleh petugas TWA, danau dibersihkan hingga menjadi seelok saat ini,“ katanya.
Jika Anda telah puas berwisata di TWA dan ingin pulang, singgahlah dulu di warung-warung penjual oleh-oleh dan cinderamata yang berada di dekat pintu masuk. Di sini Anda dapat membeli sayur-mayur segar dengan harga murah, buah-buahan, dan berbagai hasil kerajinan tangan.
Satu hal yang kadangkala dikeluhkan calon pengunjung TWA Telaga Warna adalah sulit mencari pintu masuknya karena lokasi wisata ini berjarak sekitar 300 meter dari tepi Jalan Raya Puncak. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan, pintu masuk utama melalui portal di atas Restaurant Melrimba. Di sana ada petugas jaga yang akan memberi tiket ke area wisata. Setelah itu menyusuri jalan bebatuan selama sekitar 5-10 menit. Setelah itu kendaraan dapat diparkir di area parkir Telaga Warna dengan biaya Rp7.500 untuk kendaraan roda empat alias mobil.
Sejauh ini pengunjung TWA Telaga Warna didominasi wisatawan domestik dan dari Timur Tengah.
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif